Minggu, 17 Oktober 2010

WASIAT KIAI AS'AD

Pengurus-Alumni Harus Saling Mengisi

“Saya sangat mengharapkan, agar pengurus pesantren dan para alumni selalu saling melengkapi --khususnya tentang pemeliharaan akhlakul karimah-- baik di dalam pesantren apalagi di luar pesantren. Mengapa saya menekankan hal ini? Karena para alumni masa belajar di pondok ini tidak sama! Ada yang baru dua tahun berhenti, ada yang tiga tahun dan sebagainya. Demikian juga tingkat pendidikan tidak sama. Ada yang baru Ibtida'iyah, Tsanawiyah, Aliyah atau bahkan sudah kuliah.
Karena itu, pengetahuan mereka tentu berbeda. Terutama pengetahuan mereka mengenai kepesantrenan. Apalagi bila seorang santri telah meninggalkan pesantren, ia lupa tradisi pesantren, kecuali mereka yang sering berkunjung ke pesantren ini. Kalian diharapkan saling melengkapi, saling mengisi kekurangan yang satu dengan yang lain…”

Demikianlah pesan KHR. As’ad Syamsul Arifin kepada para alumni Pondok Sukorejo, sebagaimana dalam buku “Percik-percik Pemikiran Kiai Salaf”. Walaupun peran alumni dan pengurus pesantren berbeda --karena perbedaan posisi dan keberadaan-- tapi mereka harus saling mengisi. Ibarat seekor burung, alumni dan pengurus pesantren merupakan kedua sayap. Seekor burung akan bisa terbang tinggi bila kedua sayap tersebut berjalan seiring sekata.
Nah, untuk mempererat jalinan alumni dan pengurus pesantren, maka dibentuklah Ikatan Santri Alumni Salafiyah Syafi’iyah (Iksass). Iksass berfungsi sebagai wadah silaturrahim alumni dan pengurus pesantren. Dan pada malam Ahad ini, terdapat momen besar bagi alumni. Yaitu reuni alumni dan pelantikan pengurus Iksass. Selamat melaksanakan Reuni Alumni.


Membaca Al-Qur’an

“Saya berharap, kalian bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Mengapa? Agar di dada kalian terdapat Al-Qur’an. Sebab salah satu tanda orang yang benar-benar beriman adalah di dadanya terdapat Al-Qur’an. Lantas bagaimana jika di dada kalian tidak terdapat Al-Qur’an? Apakah kalian benar-benar dikatakan beriman?”

Begitulah dawuh Kiai As’ad, sebagaimana dalam buku ”Percik-percik Pemikiran Kiai Salaf”. Memang ibadah yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an. Karena itu marilah kita memperbanyak membaca Al-Qur’an, baik sendirian maupun berjamaah. Kanjeng Nabi pernah bersabda bahwa; tatkala terdapat jamaah yang berkumpul di suatu tempat, di rumah Allah (masjid dan mushalla) seyogyanya membaca Al-Qur’an dan mengadakan tadzarus --bergantian membaca; yang satu membaca sedang yang lainnya mendengarkan atau membetulkan bacaan Al-Qur’an, atau yang satu mengungkapkan maknanya sedangkan yang lain mendengarkan-- maka jamaah tersebut akan memperoleh ketenangan, mendapat rahmat yang berlimpah, akan dido’akan para malaikat, dan jamaah itu selalu disebut-sebut dan digolongkan kepada kalangan malaikat muqarrabin, malaikat yang dekat kepada Allah.
Marilah kita buka kembali Al-Qur’an. Kita renungi maknanya dan kita amalkan isinya. Bukankah membaca Al-Qur’an sambil merenungi isinya termasuk obat penawar hati yang sedang resah? Marilah di kala kesibukan kita, kita luangkan waktu barang sepuluh menit untuk membaca Al-Qur’an. Akankah kita relakan jiwa kita tetap gelap tanpa siraman cahaya Ilahi, walau beberapa menit? (syamsul a hasan)


Pentingnya Tauhid

”Segala ilmu, yang sebelumnya tidak dijiwai ketauhidan, jangan diharap memuaskan hasilnya. Segala ilmu yang hinggap ke lubuk hati seseorang yang kosong tauhidnya, ilmu tersebut malah bisa mencelakakan orang tersebut. Namun kalau tauhidnya sudah melekat, ilmu tersebut akan bermanfaat dan barokah.”

Demikian, wasiat Kiai As’ad sebagaimana dalam buku ”Percik-percik Kiai Salaf”. Kiai As'ad menilai, kenakalan dan kebrutalan para pelajar disebabkan karena sistem pendidikan yang keliru. Pelajaran agama yang diterapkan di sekolah amat minim. Karena itu, jiwa mereka amat gersang. Ilmu tauhid, tidak terpatri di hati mereka. Padahal tauhid merupakan pondasi segala sesuatu. Dengan tauhid, seseorang tidak akan mudah goyah dan tertipu ekstasi keduniawian. (syamsul a hasan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar