Minggu, 17 Oktober 2010

Berjuang dan Mengabdi

“Oreng se berjuang setak ketemoah oreng. Mon-atemo oreng, degik ealem beremmah? Pas tero kealem, tero ka pesse, tero pangkat (Orang berjuang itu sekiranya tidak ketemu orang. Kalau dijumpai orang, nanti dipuji orang bagaimana? Lalu ingin disanjung, ingin uang, dan ingin pangkat, red),” pesannya kepada beberapa anggota Pelopor.
Kiai As’ad memang termasuk tokoh yang berjuang dan mengabdi secara tulus. Beliau termasuk orang yang menyimpan rapat-rapat apa yang beliau perjuangkan. Karena itu, beliau dikenal sebagai “tokoh di balik layar”.
Karena itu, beliau selama masih hidup, melarang menulis sejarah kehidupannya, kecuali kalau beliau sudah wafat. Konon, setelah Muktamar ke-27 NU, H. Mahbub Junaidi (kolomnis beken) dan Chalid Mawardi pernah meminta ijin menulis biografi Kiai As’ad. Namun Kiai As’ad menolaknya.
Dalam beberapa penuturannya, Kiai As’ad mengatakan segala sesuatu yang dikerjakan sesuai dengan kemampuannya tersebut dalam rangka niat beribadah dan mencari keridlaan Allah. Karena itu, Kiai As’ad tidak pernah merasa sibuk dengan pekerjaannya. Kiai As’ad juga tidak pernah merasa tidak digubris pendapatnya --bila ditentang orang lain atau tidak pernah merasa mendapat dukungan --bila pendapatnya didukung orang lain. “Keduanya tidak ada pengaruhnya pada saya dalam berjuang. Apa yang saya jalankan, semuanya merupakan pengabdian dan tanggung jawab saya kepada Allah SWT,” ujarnya kepada wartawan majalah Matra, beberapa hari sebelum meninggal dunia. (sah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar